REPUBLIK
HONGARIA
1. SEJARAH
Republik
Hongaria (bahasa Hongaria: Magyarország) adalah sebuah negara terkurung
daratan di Eropa tengah.
Negara ini terletak pada Basin Carpathia dan berbatasan dengan Austria di sebelah barat, Slowakia di sebelah utara,
Ukraina di sebelah timur, Rumania di sebelah tenggara,
Kroasia dan Serbia di sebelah selatan,
Slovenia di sebelah
barat daya, dan Austria
di barat. Dalam bahasa setempat, negara ini dikenal sebagai Magyarország
yang berarti daerah Magyar.
Hongaria
membentuk kumpulan Visegrád
bersama Polandia,
Slowakia dan Republik Ceko. Kota
terbesar dan ibukotanya adalah Budapest. Hongaria juga
termasuk anggota NATO, Uni Eropa, Organisasi
Kerja sama dan Perkembangan Ekonomi, dan Perjanjian Schengen. Bahasa resminya
adalah bahasa Hongaria,
yang merupakan bahasa non-Indo-Eropa yang
paling banyak dituturkan di Eropa.
Setelah masa
pendudukan bangsa Celtic, Roman, Hun, Slavia, Gepid, dan Avar, kerajaan
Hongaria terbentuk pada akhir abad ke-9 oleh pangeran agung Hongaria bernama
Arpad. Cucunya, Santo Stephen I naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1000 M,
mengubahnya menjadi kerajaan Kristen. Kerajaan Hongaria
bertahan hingga 946 tahun dan pada beberapa waktu menjadi pusat kebudayaan
dunia Barat. Setelah Perang Mohacs dan pendudukan oleh Kekhalifahan
Ottoman (1541-1699), Hongaria menjadi bagian dari Kekaisaran
Habsburg, yang kemudian membentuk bagian dari Kekaisaran
Austro-Hongaria.
Batas negara
yang sekarang dipakai didasarkan pada Perjanjian Trianon (1920)
setelah Perang Dunia
I. Negara ini kehilangan lebih dari 71% wilayah, 58% penduduk, dan
32% etnis Hongaria. Di pihak Poros (Axis Power), Hongaria juga mengalami
kerugian hebat pada Perang Dunia
II. Selama empat dekade lebih masa pemerintahan komunis (1947-1989),
negara ini mendapat sorotan dari dunia luas atas Revolusi 1956 dan pembukaan
batas wilayahnya dengan Austria pada 1989, yang sebelumnya ditutup dengan Tirai
Besi, yang mempercepat runtuhnya Blok Timur.
Pada 23
Oktober 1989, Hongaria kembali menjadi republik
parlementer yang demokratis, dan kini termasuk dalam
negara-negara berkembang. Hongaris juga terkenal sebagai tempat kunjungan
wisata yang populer dengan menarik 10,2 juta pengunjung dalam satu tahun
(2011). Negara ini menjadi tumah bagi gua air panas terbesar dan danau air
panas terbesar kedua di dunia (Danau Héviz), danau terbesar di Eropa Tengah
(Danau Balaton), dan padang rumput alami terbesar di Eropa (Hortobagy).
2. INFLASI
Hiperinflasi
Hungaria
Hiperinflasi,
dalam ilmu ekonomi adalah inflasi yang tidak terkendali,
kondisi ketika harga-harga naik begitu cepat dan nilai uang menurun drastis. Secara
formal, hiperinflasi terjadi jika tingkat inflasi lebih dari 50% dalam satu
bulan. Inflasi biasanya dilaporkan setahun sekali, namun dalam kondisi
hiperinflasi, tingkat inflasi dilaporkan dalam interval yang lebih singkat,
biasanya satu bulan sekali. Hiperinflasi biasanya muncul ketika adanya
peningkatan persediaan uang yang tidak diketahui atau perubahan sistem mata
uang secara drastis. Hiperinflasi biasanya dikaitkan dengan perang, despresi
ekonomi, dan memanasnya kondisi politik atau sosial suatu negara.
Hungaria
mencatatkan diri sebagai negara yang mengalami hiperinflasi terparah sepanjang
sejarah yang terjadi pada Agustus 1945 – Juli 1946. Inflasi ini merupakan
inflasi terbesar pertama di Hungaria. Tingkat inflasi harian di negara ini
mencapai 207 % sehingga membuat harga berubah dua kali lipat setiap 15 jam.
Puncak inflasi di Hungaria terjadi pada bulan Juli 1946 dengan tingkat
inflasi 41,9 persen triliun.
Ekonomi
Hungaria hancur oleh Perang Dunia II.Karena status sebagai warzone,
diperkirakan 40% dari modal saham Hungaria hancur dalam konflik.Sebelumnya,
negara ini telah berutang besar untuk memproduksi bahan bakar untuk mendukung
upaya perang Jerman, tapi Jerman tidak pernah mau utangnya dibayar dengan
barang.
Ketika
Hongaria menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sekutu pada 1945, ia
diperintahkan untuk membayar perbaikan besar Soviet, yang menyumbang 25% – 50 %
dari anggaran Hungaria selama episode hiperinflasi negara ini.
Mata uang
pengő diperkenalkan di Hungaria setelah Perang Dunia I. Namun karena kondisi
negara yang masih belum stabil, dan dimulainya Perang Dunia II, mata uang pengő
kehilangan nilainya. Pada tahun 1944, denominasi tertinggi di Hungaria
adalah 1.000 pengo. Sedangkan pada akhir tahun 1945, denominasinya adalah
10.000.000 Pengo. Denominasi tertinggi terjadi pada pertengahan tahun 1946
yaitu sebesar 100.000.000.000.000.000.000 Pengo.
Banyak hal
yang telah dilakukan pemerintah Hungaria pada saat itu, seperti penarikan
pajak, tapi “nilai” pengő terus anjlok hingga puncaknya pada tanggal 31 Juli
1946. Pada tanggal 31 Juli 1946, mata uang pengő dari Hungaria memiliki
nilai tukar 460.000.000.000.000.000.000.000.000.000 pengő dengan 1 US Dollar
pada waktu itu. Pada akhirnya, Hungaria pada 1 Agustus 1946 mengeluarkan
mata uang Forint, dengan nilai tukar 1 Forint sama dengan 400.000.000.000.000.000.000.000.000.000
dan 1 USD sama dengan 11,74 Forint.
Ketika Pengo
digantikan pada Agustus 1946 oleh Forint, nilai total semua uang kertas
yang beredar Hungaria sebesar 1/1000 dari satu dolar AS. Ini adalah kejadian
paling parah yang dikenal. Inflasi tercatat memuncak pada 1,3 × 10 16 persen per bulan (harga dua kali lipat setiap
15 jam).
Dampak
keseluruhan dari hiperinflasi pada 18 Agustus 1946, 4 × 10 29 (empat ratus
quadriliard pada skala panjang yang digunakan di Hongaria, empat
ratus Octilion pada skala pendek) Pengo menjadi 1 Forint.
Berikut ini
adalah nilai tukar 1 USD dengan mata uang Pengo Hungaria:
Currency Exchange (1 USD = X Pengo)
|
|
Tanggal
|
Pengo
|
1 Januari 1927
|
5.26
|
31 Desember 1937
|
5.40
|
31 Mar 1941
|
5.06
|
30 Juni 1944
|
33.51
|
31
Agustus 1945
|
1 320
|
31
Oktober 1945
|
8 200
|
30
November 1945
|
10
8000
|
31
Desember 1945
|
128 000
|
31
Januari 1946
|
795
000
|
31
Maret 1946
|
1 750 000
|
30
April 1946
|
59
000 000 000
(5,9
× 10 10)
|
31
Mei 1946
|
42
000 000 000 000 000
(4.2
× 10 16)
|
31
Jul 1946
|
460 000 000 000 000
000 000 000 000 000
(4.6 × 10 29)
|
Kondisi
perekonomian di Hungaria dapat dikatakan membaik, terbukti dari tingkat inflasi
yang menurun. Dalam rentang waktu tahun 1992 sampai dengan 2013, tingkat
inflasi harian di Hungaria yang terendah adalah 1,3 persen. Sedangkan tingkat
inflasi tertinggi dalam rentang waktu tersebut adalah 3,1 persen.
3. CARA
MENGATASI INFLASI
Cara
mengatasi inflasi, diantaranya:
1. Kebijakan
Moneter
Kebijakan
moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional
dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah
uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Kebijakan
moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
- Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat.
- Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.
- Peningkatan cash ratio: Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Kebijakan
fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
- Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
- Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.
3.
Kebijakan Non Moneter
Kebijakan
non moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah
maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk
mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument
berikut:
- Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya. Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
- Menekan tingkat upah. tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
- Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
- Pemerintah melakukan distribusi secara langsung. Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
- Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi.
DAFTAR
PUSTAKA